Sedikit tentang Nagari Pangkalan .
Pangkalan Koto Baru adalah sebuah kecamatan
yang terletak di kabupaten Lima Puluh Kota, provinsi Sumatera
Barat, Indonesia dengan ibu kota nagari Pangkalan Koto Baru. Luas wilayahnya adalah
712,06 km2 yang berarti merupakan 21,23% dari wilayah kabupaten Lima
Puluh Kota yang luasnya 3.354,02 km2.
Luas daerah menurut nagari adalah sebagai berikut:
Nagari Koto Alam (42,75km2) Nagari Manggilang (58,75km2) Nagari Pangkalan (124,3km2) Nagari Gunung Malintang (249,43km2) Nagari Tanjung Balik (124,57km2) Nagari Tanjung Pauh (112,26km2).
Batas wilayah Kecamatan Pangkalan adalah sebagai berikut: Utara
dengan kabupaten Kampar Riau, Selatan dengan kecamatan Harau, Barat
dengan kecamatan Pangkalan Koto Baru dan bukit Barisan.
Topografi Topografi kecamatan Pangkalan Koto Baru bervariasi antara datar
dan berbukit-bukit dengan tinggi tempat terendah dari permukaan laut berada di
waduk PLTA di nagari Tanjung Pauh (90 mdpl) dan daerah tertinggi berada pada
Bukit Gadih (1330 mdpl) di nagari Koto Alam.
Kecamatan ini sangat banyak memiliki sungai yang telah banyak dimanfaatkan
oleh masyarakatnya sebagai sumber air irigasi, mandi cuci dan kakus , memancing
ikan, sumber galian C dan sebagai sarana transportasi yang menggunakan perahu
untuk membawa hasil gambir dan karet.
Adapun sungai-sungai yang mengalir
di nagari Gunung Malintang ada 6 buah, yaitu Batang Mahat, Batang Malutu,
sungai Pimpiang, sungai Luhu dan sungai Lowan. Sungai yang mengaliri di nagari
Pangkalan ada 5, yaitu Batang Mahat, sungai Maik, sungai Manggilang, sungai
Samo, dan sungai Kasok.
Tradisi di Pangkalan menjelang Bulan Suci Ramadhan
Pangkalan
memiliki Budaya yang Indah menjelang bulan suci ramadhan yang perlu untuk dilestarikan. budaya tersebut merupakan warisan nenek moyang yang secara turun temurun
sampai saat ini masih dilestarikan bagi masyarakat kenagarian Pangkalan, yang diberi nama dengan acara "Potang balimau"
Potang Ballimau merupakan symbol nagari
pangkalan , yang tujuannya untuk mengembangkan budaya lokal dan melestarikan
budaya atau tradisi yang telah diwarisi oleh nenek moyang kita yang terdahulu
disamping itu dalam menyambut datangnya bulan ramadhan disitulah waktu yang
tepat bagi para masyarakat, baik yang berada dinagari dan juga
dirantaupun merasa terpanggil untuk pulang kampung guna untuk menjenguk
keluarga yang dikampung untuk mempererat tali sillaturrahim mereka dalam
menjalin hubungan ukhuwah islamiiyah dengan keluarga yang ada dikampung”. Tutur Wali Nagari Pangkalan Bapak Diswanto.
Menurut Cerita dari beberapa sumber tokoh-tokoh
masyarakat yang ada dikenagarian Pangkalan yang dihimpun oleh Tim
Publikasi dan Dokumentasi mengenai acara Potang Balimau yang tiap tahun
selalu diadakan, sejarah Potang Balimau sebenarnya sangat indah sekali kalau
kita simak ini merupakan suatu budaya atau tradisi bagi masyarakat Pangkalan
yang satu-satunya berada di kabupaten limapuluh kota, konon cerita seperti yang
disampaikan Arfel Muhktar, 58 tahun seorang cerdik pandai dan juga alim ulama
Pangkalan tempo hari mengatakan:
“dari dahulu kalanya memang kehidupan
masyarakat pangkalan sangat suka untuk berdagang atau berniaga yang waktu itu
masih melalui jalur sungai dengan menggunakan perahu, sekitar tahun 1800-an para saudagar pangkalan yang kembali
dari sambas Kalimantan habis berdagang membawa 2 buah mimbar masjid melewati
sungai siak, Riau yang satu buahnya untuk masjid Raya Pangkalan saat ini, ketika
itu bertepatan menjelang bulan suci ramadhan masyarakat yang sedang membangun
sebuah masjid sangat gembira sekali menanti kedatangan mimbar yang dibelikan
oleh para pedagang-pedagang pangkalan yang telah pulang dari perniagaannya dari
kalimantan, maka berbondong-bondonglah masyarakat menunggu kedatangan mimbar
tersebut ditepian sungai masjid Raya Pangkalan yang waktu itu masih masjid lama
yang berada di dekat muaro (sebutan kampung kecilnya) dan yang satu lagi untuk
masjid Raya yang ada di Pasar Bawah Pekanbaru, Riau yang kebanyakan warga
masyarakat pangkalan merantau ke Pekanbaru, Riau waktu itu, mimbar yang di
kirim dari pangkalan melalui sungai melewati nagari Taratak Buluah saat itu
merupakan sebuah penghormatan pemberian hadiah bagi Raja Siak waktu itu,
sehingga acara “potang balimau” ini yang identik dengan sampan hias berbentuk
mimbar masjid ini dijadikan sebuah acara adat yang mempunyai nilai-nilai
keagamaan dan juga dalam menjalin tali persatuan dan kesatuan masyarakat,
Alhamdulillah sampai saat ini tetap dilestarikan oleh masyarakat pangkalan
setiap memasuki bulan suci ramadhan” papar arfel muchtar (tokoh masyarakat, dan ulama
pangkalan)
Acara alek Nagari “Potang Balimau” di Kenagarian Pangkalan
Kec. Pangkalan Koto Baru Kab. Lima Puluh Kota.
Potang Balimau adalah suatu Alek Nagari Pangkalan yang sudah
menjadi tradisi dari tahun ketahun dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan.
Tiga hari menjelang Potang Balimau ini, ada hari yang dinamakan yaitu hari
pertama hari Bangai, hari kedua dinamakan Pagi Bantai (hari menyembelih hewan)
hari ketiga dinamakan hari Potang Balimau. Dalam kegiatan Potang Balimau ini
diadakanlah pertandingan. Seperti Pacu Sampan dan Bimbau.
Potang balimau ini bertujuan :
1. Meningkatkan kebersamaan antara masyarakat di Pangkalan, baik yang ada di Nagari Pangkalan maupun rantau.
2. Mengembangkan tradisi yang sudah turun temurun dari tahun ketahun.
3. Memeriahkan datangnya bulan suci Ramadhan.
4. Memotivasi semangat generasi muda melalui kegiatan yang diadakan.
1. Meningkatkan kebersamaan antara masyarakat di Pangkalan, baik yang ada di Nagari Pangkalan maupun rantau.
2. Mengembangkan tradisi yang sudah turun temurun dari tahun ketahun.
3. Memeriahkan datangnya bulan suci Ramadhan.
4. Memotivasi semangat generasi muda melalui kegiatan yang diadakan.
Dalam pelaksanaan kegiatan potang
balimau ini dihadiri oleh Pitopang 4 Niniak, Mamak Nan 5 Suku, Penghulu Nan 12,
Alim ulama, Cadiak Pandai, Bundo Kanduang, Pemuda, Tokoh Masyarakat baik yang
ada di Pangkalan maupun di Perantauan, serta Bupati Lima Puluh Kota dan
Instansi terkait.
Potang Balimau tujuannya adalah Rasa
kekeluargaan yang menyatu dimasyarakat Pangkalan Tiga (3) hari menjelang Potang
Balimau, hari pertamanya dinamakan Bangai, hari keduanya dinamakan Pagi Bantai,
hari ketiganya baru Potang Balimau.
a. Bangai
Nama Bangai ini diambil dari nama binatang yaitu Lebah. Dimasyarakat Pangkalan
bukan bangai seperti lebah tetapi sifat kemasyarakatannya. Disitu terkesanlah
hubungan kemanakan dengan mamak.Disini anak kemanakan pergi menjelang mamak
sambil membawa Beras dan pulut yang dimasukan kedalam sumpik.Isi sumpik untuk
beras sebanyak 3 liter, pulut 2 liter dan kelapa satu tali (2 buah) dan
sebaliknya setiap rumah Mamak memberikan pula berupa gula merah beserta alat
untuk memasak daging dan kain ceta satu kabung untuk anak kemanakan yang
perempuan.
b. Pagi Bantai
Hari kedua dinamakan Pagi Bantai yaitu bagi Mamak yang punya uang membeli
kerbau. Satu ekor kerbau yang punya empat (4) Mamak, dan juga bagi orang yang
kaya di Pangkalan juga membeli kerbau. satu ekor kerbau terdiri dari empat (4)
orang. Sebelum kerbau tersebut di bantai (disemblih) terlebih dulu kerbau itu
diadu. Mana yang kalah itu yang lebih dulu dibantai (disemblih). Setelah
dibantai kerbau tersebut dibagi empat. Tiap Mamak membagikan daging tersebut
keanak kemanakannya. Disinilah letaknya Anak dipangku kemanakan dibimbiang,
urang kampuan dipatenggangkan, Tenggang Nagari Jan Binaso.
c. Potang Balimau
Pada pagi bantai sudan sepakat Niniak Mamak dengan Pemuka Masyarakat untuk
memeriahkan Bulan Suci Ramadhan. Saciok Bak Ayam, Sadanciang Bak Basi, Sarumpun Bak Sarai,
Sasusun Bak Siriah. Pada hari ketiga ini diadakanlah acara yang disebut Potang
Balimau. Menjelang Potang Balimau ini diadakan Pertanding Pacu sampan dan
Mimbau.
-
Pacu sampan ini diadakan disungai. Nama sungainya Sungai
Mahat. Pacu Sampan ini dahulunya siapa yang dapat nomor satu dengan
hadiah minyak tanah satu kaleng. Hadiah ini diwakafkan kesurau – surau. Disini
tercerminlah hubungan dengan Allah dan hubungan dengan Manusia.
-
Mimbau (sampan hias) setiap jorong membuat yang dikerjakan
oleh masyarakatnya. Di dalam Mimbau itu ada bunyi-bunyian. Seperti bunyi
Talempong dan bunyi Gondang Boguang.
Pada akhir acara diadakanlah Potang Balimau atau Balimau Kasai. Yaitu
Pemuda-Pemudi mandi dengau balimau dan bakasai.
salah satu acara dalam potang balimau adalah "pacu sampan "
terimakasih atas ulasannya...selama ini jarang mendapat informasi yang sedetil ini
BalasHapus