Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kesehatan Mental
Kesehatan mental sebagai salah satu cabang dari ilmu jiwa atau subdisiplin (anak) dari ilmu
psikologi yang memperhatikan perkembangan jiwa seseorang. Kesehatan
mental merupakan aspek yang sangat penting
bagi setiap fase kehidupan manusia karena menyangkut soal kualitas dan kebahagiaan jiwa manusia. Kesehatan mental terkadang mengalami
siklus baik dan buruk. Setiap orang, dalam hidupnya mengalami kedua sisi
tersebut. Kadang
mentalnya sehat, terkadang sebaliknya. Pada saat mengalami masalah kesehatan
mental, seseorang membutuhkan pertolongan
orang lain untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
Memahami masalah kesehatan mental secara luas adalah
penting zaman modern ini. Walau kemajuan ilmu, teknik dan industri, dapat
memberikan kemudahan dan kesenangan kepada manusia, akan tetapi semuanya itu
belum dapat menjamin kesejahteraan dan kebahagiaan jiwa. Hal ini disebabkan
karena kemajuan tersebut membawa kepada perubahan dalam kehidupan sosial dan
budaya manusia, yang sudah barang tentu mempengaruhi pula kehidupan jiwa.
Semakin maju kebudayaan dan peradaban, semakin kompleks pulalah masalah dan
kebutuhan hidup manusia. Adalah suatu keyakinan bahwa kesehatan mental
berhubungan dengan banyak segi kesejahteraan masyarakat, seperti kemiskinan,
pendidikan, pekerjaan dan perumahan. Misalnya kemiskinan dapat membuat
kesejahteraan masyarakat terganggu, sehingga mengakibatkan terganggu pula
kesehatan mentalnya. Banyak kasus bunuh diri yang terjadi yang mana penyebabnya
bukan saja frustasi, akan tetapi juga karena kemiskinan dan kurangnya tingkat
pendidikan seseorang. Untuk mengatasi masalah ini, agama dapat membantu dalam
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaannya. Oleh agama orang ditunjuki jalan
mencapai kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Misalanya agama Islam
adalah jalan bagi pembinaan dan peningkatan jiwa manusia, karena ajaran Islam
memotivasi orang untuk berbuat baik dan mencegahnya dari berbuat dosa,
menghidupkan hati sanubari dan membangun perasaan, mengingatkan diri dan
menjaga jiwa agar tidak lalai dan lupa, menyucikan jiwa dan menguatkan spritual,
mengobati dan mencegah jiwa dari gangguan dan penyakit mental, serta menunjuki
dan memimpin perkembangan jiwa kepada kesempurnaan yang idealnya.[1]
Islam sebagai suatu agama yang bertujuan untuk
membahagiakan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sudah barang tentu
ajaran-ajarannya memiliki konsep kesehatan mental. Kerasulan nabi Muhammad SAW
kalau ditinjau dari segi kejiwaan adalah bertujuan untuk mendidik dan mengajar
manusia, membersihkan dan meyucikan jiwa dan akhlak, memperbaiki dan menyempurnakan,
serta membina dan mengembangkan kehidupan etik, moral, dan mental spritual
manusia.[2]
Menurut Yahya Jaya, untuk mengetahui pandangan Islam terhadap kesehatan
mental dapat dilihat melalui peranan dan arti Islam itu sendiri bagi kehidupan
manusia :
1. Agama Islam memberikan tujuan dan tugas bagi kehidupan manusia di dunia.
Tujuan dan tugas hidup manusia seperti yang dijelaskan Al-qur’an adalah untuk
mengabdi kepada Allah dan menjadi khalifah-Nya di bumi dengan tugas menguasai
dan mengelola kehidupan di dunia.
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Zariyat :56)[3]
Artinya : Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah : 30)[4]
Dalam mencapai tujuan
dan pelaksanaan tugas tersebut agama Islam memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada manusia, sebagaimana yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an dan sunah.
2. Agama Islam memberikan bantuan kepada manusia dalam mengatasi kesulitan dan
dalam menghadapi cobaan hidup.
3. Ajaran Islam membina pertumbuhan dan perkembangan kepribadian.
4. Ajaran Islam memberikan tuntunan kepada akal sehat manusia untuk meluruskan
pemikirannya.
5. Ajaran islam merupakan obat bagi jiwa.
6. Ajaran Islam memberikan dasar bagi pembinaan kehidupan sosial dan
masyarakat.
7. Ajaran Islam mempunyai peranan dan arti yang besar dalam usaha pembersihan
dan penyucian jiwa dari dosa dan kesalahan.[5]
Salah satu sendi pokok dalam agama Islam adalah tasawuf. Tasawu merupakan intisari dari syariat yang menjadi
sendi utama dalam ajaran yang telah dicontohkan dan dipraktekkan oleh Rasulullah
SAW dalam kehidupaanya dengan selalu hidup sederhana dan tidak suka kepada
hal-hal yang bersifat duniawi. Tasawuf adalah sebuah ilmu yang membahas tentang
gejala kejiwaan manusia dan sebagai satu wasilah (jembatan penghubung) manusia
dengan Tuhannya yang mampu memberikan efek positif kepada pengamalnya
berdasarkan haluan yang telah digariskan dalam ajaran Islam.
Esensi
tasawuf telah ada sejak Rasulullah SAW. Namun tasawuf sebagai ilmu keislaman
yang merupakan hasil dari kebudayaan Islam sebagaimana bentuk dari ilmu-ilmu
keislaman lainnya, seperti fiqh, dan ilmu tauhid. Pada masa Rasulullah SAW
belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu hanyalah sebutan
sahabat Nabi SAW. Secara etimologis, kata tasawuf berasal dari bahasa Arab,
yang diperdebatkan asal atau akar katanya. Ada yang mengatakan dari shuf (صوف) yang artinya wol kasar, shafa (صفى), yang
artinya bersih dan suci, shoff (صفّ), yang artinya barisan, karena orang yang
salat di barisan pertama mendapatkan kemulyaan dan pahala.[6]
Secara
terminologis banyak ulama yang mengemukakan definisi tasawuf. Namun yang jelas
ia berarti keluar dari sifat-sifat tercela menuju ke sifat-sifat terpuji
melalui proses binaan yang dikenal dengan istilah riyadlah (latihan) dan mujahadah
(bersungguh-sungguh). Sedangkan menurut Prof. Dr. HM Amin Syukur, inti tasawuf
ialah kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung antara manusia dengan
Tuhannya.[7]
Tasawuf di sini adalah usaha bagaimana
seseorang membersihkan jiwanya, membersihkan jiwa atau roh dengan jalan
menghilangkan sifat-sifat buruk Apabila tasawuf berpangkal dari konsep
bahwa kejahatan berpangkal dari nafsu, maka tasawuf bereaksi positif dengan
penyucian jiwa dengan melalui mujahadah dan riyadlah.
Pada
masa sekarang sudah berbalik. Semua masalah terkait dengan aspek fisik, yang
kemudian berpengaruh terhadap jiwa, misalnya bencana kelaparan, kekurangan
gizi, dan sebagainya, mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa manusia.[8] Karena
di dalam diri manusia terdapat dimensi rohani yang meliputi Hati, Roh, Nafsu,
dan Akal (dalam bahasa Arab, qolb, ruh, aql, dan nafs).
1. Qolb
Pertama, definisi qolb secara fisik adalah daging
sanubari (al-lahm as-sanubari), daging khusus yang berbentuk seperti
jantung pisang yang terletak di rongga dada sebelah kiri yang berisi darah
hitam kental.[9] Itulah
sumber nyawa dan tambangnya. Selain manusia
yang mempunyai hati hewan pun mempunyai hati yang dapat mengetahuinya dengan
panca indra pengelihatan.[10]
Adapun qalb dalam arti psikis dalam pengertian Lathifah Rabbaniyyah
Ruhaniyyah, sesuatu yang halus yang memiliki sifat ketuhanan dan
keruhaniahan.[11]
Halus maksudnya ialah mengemukakan sifat keadaannya, dimana kita bisa merasa
sedih, duka, kesal, gembira, kagum, hormat, benci, marah, cinta, inilah yang merupakan
hakekat dari manusia, yang dapat menerima pengetahuan, dapat beramal sekaligus
menjadi obyek perintah dan larangan dari Allah.
2.
Ruh
Ruh (nyawa)
dalam arti jasmani. Roh adalah tubuh halus (jisim lathif) yang bertempat
tinggal di kepala. Sumbernya adalah lubang hati yang bertubuh, lalu tersebar
dengan perantaraan urat-urat nadi dan darah yang memanjang ke segala bagian
tubuh yang lain dan mengalir ke dalam tubuh, dengan memancarkan
cahaya ke seluruh tubuh manusia. Adapun roh dalam arti psikis adalah mengetahui
dan merasa (al-Lathifah al-’Alimah al-Mudrika minal Insan) bahwa roh
urusan Tuhan. Karena Tuhanlah yang memberi pancaran cahaya untuk tubuh manusia.
Dengan demikian, roh merupakan motor penggerak dalam pendekatan diri kepada
Tuhan. Menurut kaum sufi, roh adalah penggerak ke arah kebaikan pada umumnya.[12]
3. Nafs
Nafs
dalam arti jasmani, nafs adalah kekuatan hawa nafsu amarah yang terletak dalam
perut manusia dan merupakan sumber bagi timbulnya akhlak tercela. Nafs menurut
kaum sufi dapat dibagi atas tiga peringkat. Pertama, Al-Nafs Al-Imarah bi
Al-Su’adalah nafsu yang memerintah atau mengajak kepada kejahatan. Kedua,
al-nafs al-lawwamah (nafsu yang menyesali). Karena setiap kali kita melakukan
dosa ada rasa penyesalan atas perbuatan dosa. Ketiga, al-Nafs
al-Muthma’innah. Ketika nafsu itu telah dapat ditundukkan sepenuhnya, maka ia
akan membawa ketentraman bagi kehidupan.
4. Aql
Aql dalam arti
jasmani, sebagai hati jasmani, sebagai pengetahuan tentang hakekat segala
keadaan. Maka akal ibarat dari sifat-sifat ilmu yang tempatnya terdapat dalam
hati.[13] Aql dalam arti
psikis ada dua pengertian, pertama akal sebagai pengetahuan tentang
hakekat segala keadaan, kedua yang memperoleh pengetahuan batin. Meskipun
demikian, sementara sufi menempatkan akal identik dengan (perasaan batin).[14] Aql yang
kedua adalah anugerah besar dari Tuhan kepada manusia karena tidak ada sesuatu
pun yang melampauinya dalam memberi manfaat dan faedah bagi
manusia.
Istilah qolb, roh, nafs
dan aql dalam pengertian jasmani berbeda, sedangkan dalam arti psikis
banyak terdapat persamaan, pengertian pertama, qolb berarti hati jasmani, roh
berarti nyawa jasmani yang sangat lembut, nafs berarti hawanafsu dan sifat
pemarah, serta aql berarti ilmu. Adapun dalam pengertian psikis dari keempat
istilah itu bersamaan artinya yakni jiwa manusia yang bersifat lembut, rohani
dan rabbani, tetapi manusia dalam pengertian fisik tidak kembali kepada Allah
setelah hancur badan. Dan psikis akan
kembali kepada-Nya setelah hancurnya badan.
Banyak
sistem psikologi dan spiritual yang hanya menekankan kepada fungsi satu atau dua
tingkat kesadaran tersebut. Di dalam tasawuf, keseimbangan emosi dan hubungan
yang sehat dan menyehatkan adalah sama pentingnya dengan kesehatan spiritual
dan jasmani. Tujuannya adalah hidup sepenuhnya di dunia tanpa merasa terikat
kepadanya atau melupakan sifat dasar diri kita dan tujuan spiritual kita.
Tasawuf sebagai sebuah ilmu yang membahas tentang gejala kejiwaan manusia
dalam hubungannya dengan maha kuasa sangat erat kaitannya dengan ilmu kejiwaan
seperti ilmu kesehatan mental. Karena tujuan dari tasawuf adalah untuk mencari
jati diri, peningkatan moral dan meluruskan jiwa untuk mencapai kebahagiaan
yang seutuhnya di dunia dan akhirat. Oleh karena itu kesehatan mental bukanlah
sesuatu yang asing dalam ajaran tasawuf.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tasawuf dan ilmu kesehatan
mental mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan mental dan
memiliki kontribusi yang sangat
penting bagi perkembangan dan kemajuan ilmu kesehatan mental. Karena ajaran yang dikemukakannya berhubungan dengan jiwa
manusia dan menghendaki agar manusia mampu mengenal dirinya dan Tuhan-Nya. Pemikiran
seperti ini termasuk metode pembersihan
diri, dan metode pembersihan diri terkait dengan aspek kebutuhan manusia pada Tuhan serta
pada dirinya sendiri dalam upaya mewujudkan
rida ilahi di atas mental yang sehat.
Diambil dari
skripsiku yg berjudul Peranan Zuhud dalam mewujudkan Kesehatan Mental di zaman
modernisasi
Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus