Halaman

Senin, 23 Juli 2012

Tasawuf dan kesehatan mental

Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kesehatan Mental
Kesehatan mental sebagai salah satu cabang dari ilmu jiwa atau subdisiplin (anak) dari ilmu psikologi yang memperhatikan perkembangan jiwa seseorang.  Kesehatan mental merupakan aspek yang sangat penting bagi setiap fase kehidupan manusia karena menyangkut soal kualitas dan kebahagiaan jiwa manusia. Kesehatan mental terkadang mengalami siklus baik dan buruk. Setiap orang, dalam hidupnya mengalami kedua sisi tersebut. Kadang mentalnya sehat, terkadang sebaliknya. Pada saat mengalami masalah kesehatan mental, seseorang membutuhkan pertolongan orang lain untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
Memahami masalah kesehatan mental secara luas adalah penting zaman modern ini. Walau kemajuan ilmu, teknik dan industri, dapat memberikan kemudahan dan kesenangan kepada manusia, akan tetapi semuanya itu belum dapat menjamin kesejahteraan dan kebahagiaan jiwa. Hal ini disebabkan karena kemajuan tersebut membawa kepada perubahan dalam kehidupan sosial dan budaya manusia, yang sudah barang tentu mempengaruhi pula kehidupan jiwa. Semakin maju kebudayaan dan peradaban, semakin kompleks pulalah masalah dan kebutuhan hidup manusia. Adalah suatu keyakinan bahwa kesehatan mental berhubungan dengan banyak segi kesejahteraan masyarakat, seperti kemiskinan, pendidikan, pekerjaan dan perumahan. Misalnya kemiskinan dapat membuat kesejahteraan masyarakat terganggu, sehingga mengakibatkan terganggu pula kesehatan mentalnya. Banyak kasus bunuh diri yang terjadi yang mana penyebabnya bukan saja frustasi, akan tetapi juga karena kemiskinan dan kurangnya tingkat pendidikan seseorang. Untuk mengatasi masalah ini, agama dapat membantu dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaannya. Oleh agama orang ditunjuki jalan mencapai kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Misalanya agama Islam adalah jalan bagi pembinaan dan peningkatan jiwa manusia, karena ajaran Islam memotivasi orang untuk berbuat baik dan mencegahnya dari berbuat dosa, menghidupkan hati sanubari dan membangun perasaan, mengingatkan diri dan menjaga jiwa agar tidak lalai dan lupa, menyucikan jiwa dan menguatkan spritual, mengobati dan mencegah jiwa dari gangguan dan penyakit mental, serta menunjuki dan memimpin perkembangan jiwa kepada kesempurnaan yang idealnya.[1]
Islam sebagai suatu agama yang bertujuan untuk membahagiakan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sudah barang tentu ajaran-ajarannya memiliki konsep kesehatan mental. Kerasulan nabi Muhammad SAW kalau ditinjau dari segi kejiwaan adalah bertujuan untuk mendidik dan mengajar manusia, membersihkan dan meyucikan jiwa dan akhlak, memperbaiki dan menyempurnakan, serta membina dan mengembangkan kehidupan etik, moral, dan mental spritual manusia.[2]
Menurut Yahya Jaya, untuk mengetahui pandangan Islam terhadap kesehatan mental dapat dilihat melalui peranan dan arti Islam itu sendiri bagi kehidupan manusia :
1.      Agama Islam memberikan tujuan dan tugas bagi kehidupan manusia di dunia. Tujuan dan tugas hidup manusia seperti yang dijelaskan Al-qur’an adalah untuk mengabdi kepada Allah dan menjadi khalifah-Nya di bumi dengan tugas menguasai dan mengelola kehidupan di dunia.
  
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(QS. Adz-Zariyat :56)[3]

Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah : 30)[4]
Dalam mencapai tujuan dan pelaksanaan tugas tersebut agama Islam memberikan bimbingan dan petunjuk kepada manusia, sebagaimana yang banyak terdapat dalam Al-Qur’an dan sunah.
2.      Agama Islam memberikan bantuan kepada manusia dalam mengatasi kesulitan dan dalam menghadapi cobaan hidup.
3.      Ajaran Islam membina pertumbuhan dan perkembangan kepribadian.
4.      Ajaran Islam memberikan tuntunan kepada akal sehat manusia untuk meluruskan pemikirannya.
5.      Ajaran islam merupakan obat bagi jiwa.
6.      Ajaran Islam memberikan dasar bagi pembinaan kehidupan sosial dan masyarakat.
7.      Ajaran Islam mempunyai peranan dan arti yang besar dalam usaha pembersihan dan penyucian jiwa dari dosa dan kesalahan.[5]

Salah satu sendi pokok dalam agama Islam adalah tasawuf. Tasawu  merupakan intisari dari syariat yang menjadi sendi utama dalam ajaran yang telah dicontohkan dan dipraktekkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupaanya dengan selalu hidup sederhana dan tidak suka kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Tasawuf adalah sebuah ilmu yang membahas tentang gejala kejiwaan manusia dan sebagai satu wasilah (jembatan penghubung) manusia dengan Tuhannya yang mampu memberikan efek positif kepada pengamalnya berdasarkan haluan yang telah digariskan dalam ajaran Islam.
Esensi tasawuf telah ada sejak Rasulullah SAW. Namun tasawuf sebagai ilmu keislaman yang merupakan hasil dari kebudayaan Islam sebagaimana bentuk dari ilmu-ilmu keislaman lainnya, seperti fiqh, dan ilmu tauhid. Pada masa Rasulullah SAW belum dikenal istilah tasawuf, yang dikenal pada waktu itu hanyalah sebutan sahabat Nabi SAW. Secara etimologis, kata tasawuf berasal dari bahasa Arab, yang diperdebatkan asal atau akar katanya. Ada yang mengatakan dari shuf (صوف) yang artinya wol kasar, shafa (صفى), yang artinya bersih dan suci, shoff (صفّ), yang artinya barisan, karena orang yang salat di barisan pertama mendapatkan kemulyaan dan pahala.[6]
Secara terminologis banyak ulama yang mengemukakan definisi tasawuf. Namun yang jelas ia berarti keluar dari sifat-sifat tercela menuju ke sifat-sifat terpuji melalui proses binaan yang dikenal dengan istilah riyadlah (latihan) dan mujahadah (bersungguh-sungguh). Sedangkan menurut Prof. Dr. HM Amin Syukur, inti tasawuf ialah kesadaran adanya komunikasi dan dialog langsung antara manusia dengan Tuhannya.[7]
Tasawuf di sini adalah usaha bagaimana seseorang membersihkan jiwanya, membersihkan jiwa atau roh dengan jalan menghilangkan sifat-sifat buruk  Apabila tasawuf berpangkal dari konsep bahwa kejahatan berpangkal dari nafsu, maka tasawuf bereaksi positif dengan penyucian jiwa dengan melalui mujahadah dan riyadlah.
Pada masa sekarang sudah berbalik. Semua masalah terkait dengan aspek fisik, yang kemudian berpengaruh terhadap jiwa, misalnya bencana kelaparan, kekurangan gizi, dan sebagainya, mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa manusia.[8] Karena di dalam diri manusia terdapat dimensi rohani yang meliputi Hati, Roh, Nafsu, dan Akal (dalam bahasa Arab, qolb, ruh, aql, dan nafs).
1.      Qolb
Pertama, definisi qolb secara fisik adalah daging sanubari (al-lahm as-sanubari), daging khusus yang berbentuk  seperti jantung pisang yang terletak di rongga dada sebelah kiri yang berisi darah hitam kental.[9] Itulah sumber nyawa dan tambangnya. Selain manusia yang mempunyai hati hewan pun mempunyai hati yang dapat mengetahuinya dengan panca indra pengelihatan.[10] Adapun qalb  dalam arti psikis dalam pengertian Lathifah Rabbaniyyah Ruhaniyyah, sesuatu yang halus yang memiliki sifat ketuhanan dan keruhaniahan.[11] Halus maksudnya ialah mengemukakan sifat keadaannya, dimana kita bisa merasa sedih, duka, kesal, gembira, kagum, hormat, benci, marah, cinta, inilah yang merupakan hakekat dari manusia, yang dapat menerima pengetahuan, dapat beramal sekaligus menjadi obyek perintah dan larangan dari Allah.
2.         Ruh
Ruh (nyawa) dalam arti jasmani. Roh adalah tubuh halus (jisim lathif) yang bertempat tinggal di kepala. Sumbernya adalah lubang hati yang bertubuh, lalu tersebar dengan perantaraan urat-urat nadi dan darah yang memanjang ke segala bagian tubuh yang lain dan mengalir ke dalam tubuh, dengan memancarkan cahaya ke seluruh tubuh manusia. Adapun roh dalam arti psikis adalah mengetahui dan merasa  (al-Lathifah al-’Alimah al-Mudrika minal Insan) bahwa roh urusan Tuhan. Karena Tuhanlah yang memberi pancaran cahaya untuk tubuh manusia. Dengan demikian, roh merupakan motor penggerak dalam pendekatan diri kepada Tuhan. Menurut kaum sufi, roh adalah penggerak ke arah kebaikan pada umumnya.[12]
3.      Nafs
Nafs  dalam arti jasmani, nafs adalah kekuatan hawa nafsu amarah yang terletak dalam perut manusia dan merupakan sumber bagi timbulnya akhlak tercela. Nafs menurut kaum sufi dapat dibagi atas tiga peringkat. Pertama, Al-Nafs Al-Imarah bi Al-Su’adalah nafsu yang memerintah atau mengajak kepada kejahatan. Kedua, al-nafs al-lawwamah (nafsu yang menyesali). Karena setiap kali kita melakukan dosa  ada rasa penyesalan atas perbuatan dosa. Ketiga, al-Nafs al-Muthma’innah. Ketika nafsu itu telah dapat ditundukkan sepenuhnya, maka ia akan membawa ketentraman bagi kehidupan.
4.      Aql
Aql dalam arti jasmani, sebagai hati jasmani, sebagai pengetahuan tentang hakekat segala keadaan. Maka akal ibarat dari sifat-sifat ilmu yang tempatnya terdapat dalam hati.[13] Aql dalam arti psikis  ada dua pengertian, pertama akal sebagai pengetahuan tentang hakekat segala keadaan, kedua yang memperoleh pengetahuan batin. Meskipun demikian, sementara sufi menempatkan akal identik dengan (perasaan batin).[14] Aql  yang kedua adalah anugerah besar dari Tuhan kepada manusia karena tidak ada sesuatu pun yang melampauinya dalam memberi manfaat  dan faedah  bagi manusia.
Istilah qolb, roh, nafs dan aql dalam pengertian jasmani berbeda, sedangkan dalam arti psikis banyak terdapat persamaan, pengertian pertama, qolb berarti hati jasmani, roh berarti nyawa jasmani yang sangat lembut, nafs berarti hawanafsu dan sifat pemarah, serta aql berarti ilmu. Adapun dalam pengertian psikis dari keempat istilah itu bersamaan artinya yakni jiwa manusia yang bersifat lembut, rohani dan rabbani, tetapi manusia dalam pengertian fisik tidak kembali kepada Allah setelah hancur badan. Dan psikis akan kembali kepada-Nya setelah hancurnya badan.
Banyak sistem psikologi dan spiritual yang hanya menekankan kepada fungsi satu atau dua tingkat kesadaran tersebut. Di dalam tasawuf, keseimbangan emosi dan hubungan yang sehat dan menyehatkan adalah sama pentingnya dengan kesehatan spiritual dan jasmani. Tujuannya adalah hidup sepenuhnya di dunia tanpa merasa terikat kepadanya atau melupakan sifat dasar diri kita dan tujuan spiritual kita.
Tasawuf sebagai sebuah ilmu yang membahas tentang gejala kejiwaan manusia dalam hubungannya dengan maha kuasa sangat erat kaitannya dengan ilmu kejiwaan seperti ilmu kesehatan mental. Karena tujuan dari tasawuf adalah untuk mencari jati diri, peningkatan moral dan meluruskan jiwa untuk mencapai kebahagiaan yang seutuhnya di dunia dan akhirat. Oleh karena itu kesehatan mental bukanlah sesuatu yang asing dalam ajaran tasawuf.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tasawuf dan ilmu kesehatan mental  mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan mental dan memiliki kontribusi yang sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan ilmu kesehatan mental. Karena ajaran yang dikemukakannya berhubungan dengan jiwa manusia dan menghendaki agar manusia mampu mengenal dirinya dan Tuhan-Nya. Pemikiran seperti ini termasuk metode pembersihan diri, dan metode pembersihan diri terkait dengan aspek kebutuhan manusia pada Tuhan serta pada dirinya sendiri dalam upaya mewujudkan rida ilahi di atas mental yang sehat.



Diambil dari skripsiku yg berjudul Peranan Zuhud dalam mewujudkan Kesehatan Mental di zaman modernisasi


1 komentar:

  1. Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.

    BalasHapus